Senin, 09 Februari 2015

Perahu Kertas

Mba Maudy Ayunda, terimakasih yaa udah nyanyiin lagu (yang lumayan lama itu) dengan lirik yang representatif banget itu.. Representatif buat kondisi 'batiniah' saya maksudnya.. ^_^

===

Di sekolah taman kanak-kanak dulu, seinget gue, gue pernah diajarin gimana caranya bikin perahu-perahu-an pake kertas origami.. Dasarnya kurang lihai, gue cuman bisa jadiin kertas origami itu dalam bentuk 'topi suster' bukan 'perahu kertas' yang guru perintahkan.. Guru itu marah.?! Nggak.. Nggak marah sama sekali.. Justru guru itu bangga sama gue, karena gue udah buat bentuk lain daripada yang lain, dengan tetap menggunakan kertas origami yang sama kayak temen-temen gue lainnya..

Guru itu bilang kalo gue kreatif.. Kreatif karena bisa menciptakan karya yang baru.. Kreatif karena kelihaian gue yang di bawah rata-rata anak-anak TK kebanyakan.. Kreatif karena gue bisa buat sesuatu yang nggak kepikiran orang lain, padahal bentuk 'topi suster' itu adalah salah satu tahapan pelipatan kertas origami buat jadi 'perahu kertas'..

===

Semakin besar, gue tengok kanan-kiri lingkungan.. Gue belajar untuk melanjutkan lipatan origami gue itu, supaya jadi 'perahu kertas' yang banyak orang bisa lakukan..

Tapi, kertas origami usang yang gue pakai buat bikin 'perahu kertas' nya ternyata sudah terlalu lama dan menua seiring berjalannya waktu..
Ketika berhasil buat 'perahu kertas' itu, di saat itu juga 'perahu kertas' yang gue buat robek dan tenggelam dalam air hujan..

Sedih.?! Iyaa ada rasa sedih pastinya.. Karena itu manusiawi banget..
Tapi menjadi bangga karena pada akhirnya gue bisa buat bentuk 'perahu kertas' yang juga bisa dilakukan banyak orang, terlebih dengan kertas origami yang sudah lama terlipat dengan lipatan 'topi suster' itu..

"TERIMAKASIH"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar